Kamis, 19 Januari 2012

DASAR-DASAR PENGHAYATAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA (Bag. II)

16.16  Renaja Kerokhanian Sapta Darma  1 comment


BAB II
MENGENAL DIRI PRIBADI

Gambar Simbul Pribadi Manusia (SPM) adalah wahyu yang diterima dari Allah Hyang Maha Kuasa pada tanggal 12 Juli 1954 mulai jam 10:00 WIB sampai selesai, bersama dengan rangkaian wahyu Wewarah Tujuh dan Sesanti dalam satu kesatuan (paket). Diterimanya ajaran ini disaksikan oleh empat orang antara lain: Diman (Sersan AD); Donoemihardjo (mantri guru Taman Siswa Pare Kediri); Marto, dan Djojo Sadji serta Hardjo Sapoera sendiri.
Turunnya ke tiga jenis wewarah/ajaran ini adalah sebagai wahyu yang ke tiga yang sebelumnya ialah wahyu sujud yang pertama dan ke dua wahyu racut, sehingga dengan diterimanya satu paket ajaran yang berisikan Wewarah SPM Wewarah Tujuh dan Sesanti ini menjadi petunjuk bahwa semua ajaran wahyu yang diterima sejak Desember 1952 dan Februari 1953 serta wahyu tanggal 12 Juli 1954 ini menjadi satu kesatuan wahyu pokok yang disebut wahyu wewarah sapta darma karena setelah 12 Juli 1954 masih ada dan diterima lagi wahyu-wahyu pelengkap lainnya.

Gambar SPM adalah bukti bahwa Hyang Maha Kuasa bermaksud memberikan petunjuk kepada manusia tentang asal-usul-sifat-sifat serta pribadi manusia, agar manusia menjadi tahu terhadap dirinya sendiri, atau tahu diri yang selanjutnya akan lebih percaya diri, atas dasar lebih percaya dan yakin seta iman kepada Allah Hyang Maha Kuasa, dan mutlak keberadaanNya serta sebagai penentu atas segalanya yang ada di segenap alam beserta segala isinya, (termasuk penentu ada atau tidaknya saya dan Saudara ini). Di dalam buku Wewarah Sapta Darma telah diuraikan pokok-pokok dasar pengertian yang terkandung didalam ajaran gambar SPM (silakan untuk didalami) dan selanjutnya ajaran wahyu GAMBAR SIMBUL PRIBADI MANUSIA (GSPM) adalah sarana utama didalam teori mengenal dan memahami keberadaan dirinya sendiri hidup di alam dunia ini.
Agar para warga dapat memperoleh bukti dan kesaksian dalam kehidupannya, maka setiap warga diwajibkan mengikuti program sujud penggalian pribadi manusia (SPPM) dalam rangka menggali pribadinya sendiri, untuk menemukan jati dirinya sendiri (kepribadiannya yang asli) sehingga setiap pribadi warga akan bertambah keyakinannya terhadap kemampuan dirinya dan sekaligus menyakini bahwa ALLAH itu maha Kuasa dan Maha Segalanya, mutlak tanpa batas. Ora kena kinaya apa lan murbeng dumadi.
Dengan GSPM, kita (manusia) akan menjadi kenal akan :

1. Asal mula keberadaan pribadinya/manusia
2. Memahami sifat-sifat manusia/pribadinya (mawas diri)
3. Memahami jati dirinya sebagai pribadi/manusia yang luhur dan mulya

Dengan program SPPM sebagai pembelajaran praktik pembuktian dan kesaksian rohani, bahwa setiap pribadi manusia dapat diyakini adanya 12 (dua belas) komponen yang berbeda, baik tempat dan watak maupun namanya, namun dapat bekerjasama secara otomatis dan sistematis serta makerti menurut hokum PEPANCEN dan PEPESTHEN. (kodrat dan takdir), sehingga dua belas komponen (sedulur pribadi) yang berbeda tadi menjadi JUMBUH (selaras/sarasa) dan GAMBUH (mengeluarga/terbiasa memahami) dan sekaligus LULUH (menyatu menjadi satu kesatuan utuh) yang bisa disebut dengan seseorang/sosok tampilan pribadi manusia, sebagaimana diri pribadi kita ini.
Namun harus diingat kedua belas unsure ini adalah sebagai motor penggerak utama dalam aktifitas seorang pribadi, yang kecenderungan lebih besar/banyak mengarah kepada perbuatan yang asor, oleh sebab itu Panuntun Agung memerintahkan kepada segenap warga sebagai berikut percayalah kepada pribadimu, kepada tuntunanmu sebab kalau tidak percaya kepada hidupmu bagaimana akan percaya kepada Hyang Maha Kuasa, sebab tuntunanmu adalah hidupmu yang dapat berhubungan dengan Hyang Maha Kuasa.
Dengan demikian kita wajib bersama-sama belajar, didalam kehidupan sehari-hari selalu tinuntun rasa urip pribadi masing-masing mengingat adanya hokum sebab-akibat atau tandhur undhuh (ngundhuh wohing pakarti) agar kehidupan kita tidak tersesat pada perbuatan yang bersifat sengsara/asor. Kita para warga berkewajiban menggali, baik secara rohani maupun jasmani (penalarannya) lebih lanjut agar kita mendapatkan petunjuk lebih luas dan mendalam serta lebih terinci, agar pemahaman dan penghayatan serta pendalamannya menjadi mudah dan bersemangat serta pendalamannya menjadi mudah dan bermanfaat bagi sesame umat.
Selanjutnya disajikan GSPM untuk sekali lagi dapatnya dicermati sebagai berikut:

SIMBUL PRIBADI MANUSIA

Setelah kita amati dengan cermat kemudian kita menjadi ingin uraian pokok yang disajikan dalam buku Wewarah Sapta Darma yang menjelaskan tentang bentuk belah ketupat. Warna hijau (tua), warga hijau maya dan seterusnya sampai ke semuanya jelas mengandung arti dan makna tetang asal, sifat, dan pribadi manusia, namun dalam kesempatan ini kiranya perlu ada penegasan, tentang dipergunakannya aksara jawa oleh Hyang Maha Kuasa dalam wahyu SPM sehingga dapat dimengerti, bahwa seluruh warga sapta darma berasal dari bangsa manapun akan berkewajiban belajar/mampu membaca dan menulis aksara jawa, sebab tidak hanya pada gambar SPM saja yang ada aksara jawa, tetapi didalam ajaran/wewarah Bundhelan Tali Rasa (BTR) yang menjabarkan tentang fungsi dan kegunaan BTR juga mengandung ajaran tentang rahasia hidup setiap pribadi yang telah menjadi ketetapan oleh Hyang Maha Kuasa dimana BTR ini juga menggunakan pertana aksara jawa sehingga bagi warga yang telah memahami kewajiban hidupnya yang harus berdarma, juga akan berupaya memahami batas-batas kewenangan dalam kehidupannya, tentu saja harus mempelajari BTR dan aksara jawanya.

Marilah selanjutnya kita perluas serta didalami sedikit di samping memahami uraian pokok-pokok yang telah dimuat dalam buku wewarah, juga perlu memahami kandungan yang ada pada gambar SPM di atas, ternyata gambar tersebut memiliki dua sifat gambar yang layak diketahui oleh kita segenap warga, adapaun dua sifat tersebut ialah bentuk (gatra) dan warna.

I. Sifat Bentuk (gatra) ada lima macam gatra yaitu:
1. Bentuk belah ketupat
2. Segitiga sama sisi
3. Lingkaran
4. Bentuk sastra aksara jawa yang berbunyi napsu – budi – pakarti dan sapta darma
5. Bentuk gambar (dalam hal ini adalah gambar wayang semar berkepala manusia)
II. Sifat Warga ada tujuh warga yang menyertai bentuk tersebut.
1. Warna hijau tua
2. Warna hijau muda (maya)
3. Warna hitam
4. Warna merah
5. Warna kuning
6. Warna putih, dan
7. Warna kuning ke-emasan (5 + 7 = 12)

Sehingga dapat dipahami bahwa gambar SPM ini juga menunjukan adanya saudara dua belas yang berfungsi sebagai motor penggerak seluruh aktifitas manusia baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat non fisik dan kedua belas komponen tersebut bekerja sama secara otomatis dan sistematis serta secara simultan seluruh organ-organ tubuh manusia menjadi berfungsi menurut ketentuan hukumnya masing-masing.
Didalam petunjuk wahyu pelengkap tentang saudara dua belas ini ada namanya sebagai berikut:

1. Hyang Maha Suci (percikan sinar cahya Allah)
2. Permana
3. Bayu
4. Hendra
5. Brama
6. Sukma Rasa
7. Sukma Seta (mayang kara)
8. Sukma Kencana
9. Sukma Raja (gandarwaraja)
10. Sukma Jati (jatingarang)
11. Sukma Naga (nagatahun)
12. Bagendha Kilir (nur rasa)

Menurut petunjuk wewarah sapta darma dua belas komponen tersebut berposisi yang berbeda didalam rusuk tubuh manusia, namun masing-masing saling meliputi dan saling mempengaruhi sehingga bekerja samanya menjadi sangat harmonis, sistematis, otomatis, dan simultan tadi, di samping ada yang bersifat refleksitas ragawi juga ada lainnya yang bersifat nafsu–budi–pakarti, sifat ini dapat digolongkan menjadi empat golongan warna/sifat yaitu:

1. Warna hitam, lambang sifat keteguhan dan keserakahan
2. Warna merah, lambang sifat kesemangatan dan panas berani
3. Warna kuning, lambang sifat keinginan dan keindahan/kenikmatan
4. Warna putih, lambang sifat kesucian dan keutamaan
Dari ke empat golongan pengaruh sifat warna tersebut di atas, secara umum (hukum dasarnya) adalah pandum dari Hyang Maha Kuasa (adikodrati) yang telah ditunjukkan dalam gambar SPM yang berupa gambar lingkaran empat warna, dimana lingkaran warna hitam adalah bagian yang terbesar, kemudian warna meran bagian di bawah terbesar kita sebut saja besar selanjutnya warna kuning bagian dibawahnya besar kita sebut saja kecil, dan terakhir warna putih bagian dibawahnya kecil kita sebut terkecil.

Dengan adanya petunjuk besar dan kecilnya lingkaran empat warna tersebut, juga sebagai penegasan hukum pandum adanya besar dan kecilnya daya kebangkitan aktifitas napsu setiap pribadi manusia, dengan demikian jika diukur secara normal (apa adanya) seperti tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengaruh warna putih berdaya          =   1
Pengaruh warna kuning berdaya       =   2
Pengaruh warna merah berdaya       =   3
Pengaruh warna hitam berdaya        =   4  
Jumlah                                               = 10
Misalnya dibulatkan menjadi             = 100%
Dengan uraian singkat dan hitungan secara kasar tersebut hendaknya kita dapat memaklumi bahwa setiap aktifitas normal (rata-rata) pengaruh sifat kesucian dan keutamaan hanya andil 10% saja. Oleh sebab itu aktifitas napsu manusia sangat mudah sekali 90% tersesat dari tujuan kesucian dan keutamaan, sebagai mana tujuan setiap wahyu dari Hyang Maha Kuasa yang telah diturunkan kepada umat manusia sebelum kita ini. Semua wahyu tersebut selalu mengajarkan agar manusia/ pemeluknya selalu berlatih untuk berbuat/berprilaku atas dasar sifat-sifat kesucian dan keutamaan agar manusia (roh sucinya) nanti pada saatnya dapat kembali kepada Allah Hyang Maha Kuasa, namun karena kenyataannya kemajuan berpikir manusia saat ini cenderung lebih besar dalam urusan keduniawian (kepajuan IPTEK sangat pesat) serta kurangnya keseimbangan manusia dalam mengenal dirinya sendiri (tidak tahu diri) sehingga kita/manusia ini dalam melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan oleh ajaran wahyuNya (dalam berbakti/berdarma) menjadi berkurang nilai darmanya, karena seringnya terjadi dalam berdarma (sujud dan perbuatan luhur/baik lainnya) kurang didasari rasa kejujuran dan keikhlasan, artinya masih adanya unsur atau sifat akuisme (egois) setiap pribadi manusia. Untuk memahami itu semuanya, marilah kita mencoba belajar terhadap diri kita masing-masing dengan berdasarkan hukum pandum/pepancen atau adikodrati yang garis besarnya telah kita bahas dimuka tadi. Selanjutnya mari kita masuk lebih ke dalam dan lebih terinci sedikit sebagai berikut.

Menurut hukum pandum telah sedikit diuraikan dimuka tadi, bahwa kedua belas komponen pribadi manusia (yang tidak kasat mata) adalah sebagai motor penggerak utama yang perwujudan aktifitasnya kita sebut Napsu Budi Pakerti (bisa baik/luhur bisa juga buruk/asor) yang kecenderungannya dalam mencapai sifat kesucian dan keutamaannya daya mempunyai hanya 10%. Pada hal tujuan wewarah wahyu minimal harus sebaliknya (90% bernilai kebaikan/keluhuran).

Marilah kita pelajari hukum dasarnya tadi menurut wewarah sapta darma bahwa BTR (ra) berada pada kecer hati dan sekaligus tempat tersebut dihuni oleh komponen pribadi manusia yang disebut brama, dan juga telah dimaklumi bahwa brama ini adalah lambang adanya unsur api (panas) atau energi/semangat yang tidak kunjung padam, dimana BTR (ra) ini adalah sebagai sentral getaran rasa yang selalu menyalur dan mengalir bagaikan air dan kontak dengan pusat (kayangan junggring saloka) otak sebagai alat pengolahan data yang diterima dari BTR (ra) menjadi hasil berpikir sebagai bahan utama yang akan menjadi keputusan yang akan dikerjakan atau tindakan/perilaku seseorang manusia. Untuk itu marilah kita mencoba mempelajari sisstem operasionalnya dimana satu atau dua maupun lebih komponen (saudara pribadi) yang telah berkoalisi/kerjasama kiranya dapat dibayangkan seperti pada gambaran kasar sebagai berikut:

Gambar sosok manusia
Gambaran kasar di atas hendaknya dapat membantu kita dalam membayangkan diri kita sendiri misalnya tanda M (mayangkara) menguasai R (rasa/hati) atau pusat energi yang tidak pernah terlepas adanya jaringan dari segala arah/penjuru letak ke duabelas komponen lainnya yang saat itu M mengalir deras ke R sehingga seluruh komponen lainnya melalui jaringan yang telah ada juga terbawa derasnya arus M (angkara murka) sehingga yang lain otomatis menjadi peserta/peminat juga hasil karyanya di M yang telah menguasai R dan diolah oleh P (pikir) dan dikerjakan oleh segenap organ dan diikuti oleh segenap komponen akhirnya bisa berwujud suatu tindakan, untuk jelasnya pada saat perut kita terasa sangat lapar (diwakili M) menguasai R (rasa/hati) yang langsung diolah oleh otak besar dan otomatis melalui otak kecil yang hasilnya menjadi buah pikiran dan gerakan refleksitas seluruh organ tubuh untuk bergerak dalam memperebutkan misalnya tumpeng rasaksa dalam upacara tertentu, doanya belum selesai peserta penunggu yang sangat lapar tadi telah mendahului menyerang/merebut agar tidak kalah dengan peserta/pesaing lainnya, dengan sendirinya pesaing lainnya tanpa dikomando ikut menyerang dan berebut karena takut kalah dan atau tidak kebagian tumpeng yang diperebutkan itu. Ini merupakan salah satu contoh bukti adanya unsur komponen saudara pribadi yang bersifat serakah dibawah pengaruh warna cahaya hitam yang berpusat pada bagian perut.

Sekarang mari kita sekali lagi untuk mendapatkan bukti dan kesaksian bahwa salah satu atau bagian kedua belas komponen pribadi manusia pada saat menguasai Bundelan Tali Rasa r (ra) atau rasa hati manusia. Misalnya saudara pribadi kita yang bernama Sukma Kencana (SK) yang dibawah pengaruh warna cahaya kuning sebagai lambang sifat keinginan/pepinginan sedangkan sifat dasar/watak SK adalah sahwat birahi. Dengan sendirinya karena SK telah bertahta pada kursi R (rasa hati) kemudian perintah kepada P (pikiran) otak besar dan kecil yang selanjutnya menjadi suatu tindakan nyata (sementara sampai disini dulu).

Mari kasus ini kita mencoba mengkaitkan dengan keterangan Wewarah Tujuh nomor 5 sebagai berikut wani urip kanthi kapitayan saka kekuwatane dhewe (bhs. Jawa) keterangan: manungsa gesang punika sampun kaparingan akal budi saha pirantos pepak kangge nyekapi kabetahan gesangipun, warga sapta darma kedah anggladhi gesang sarana migunaaken kekiyatanipun piyambak, sampun njagekaken pitulunganing sanes, mboten kenging milik darbeking sanes, ngumbar hardaning kamurkan, ingkang adamel kapitunan dhumateng sintena kemawon, kedah pitados bilih makarti sarana jujur migunaaken akal budi ingkang utami, badhe saget nyekapi gesangipun.

Uraian tersebut sebenarnya sudah cukup jelas, namun kiranya perlu ada penegasan tentang kalimat …kaparingan akal budi saha pirantos pepak kangge… agar tujuan kalimat tersebut dapat kita pahami bahwa yang kaparingan akal budi dan pirantos (piranti) pepek/lengkap itu adalah unsur kesebelas komponen pribadi kitayang berasal dari unsur jasmani. Adapun kata akal dan budi kiranya sudah jelas tidak perlu dibahas lagi namun kata pirantos (piranti) yang dimaksud adalah panca indera kita ini yang perlu ada kesamaan pemahaman kita/para warga sebagai contoh bukti misalnya diantara saudara sebelas ingin nonton sepakbola yang disiarkan di televisi tentu saja menggunakan piranti penglihatan (mata) ingin mendengarkan komentarnya tentu saja menggunakan piranti pendengaran (telinga) dan seterusnya. Namun Hyang Maha Suci yang berasal dari percikan Sinar Cahaya Allah sudah tidak perlu lagi menggunakan panca indera, karena bukan golongan napsu dan telah memiliki sifat agung, rohim, adil, wasesa dan langgeng.

Selanjutnya uraian tersebut mari kita kaitkan dengan kasus yang ke-dua misalnya ada seseorang (pria/wanita) bertemu dengan seseorang (lawan jenis) setelah kedua-duanya saling memandang, timbulah rasa saling tertarik dan keduanya saling jatuh cinta, kasus ini jelas bahwa kedua insan (lain jenis) tersebut hidupnya dikuasai oleh saudara pribadi yang bernama SK menguasai tahta di rasa/hati selanjutnya kontak dengan otak besar dan kecil kemudian membentuk perilaku/tindakan maupun perbuatan. Perlu untuk dimaklumi, kita/warga ini paham bahwa saudara SK adalah golongan dalam pengaruh warna cahaya kuning sebagai lambang keinginan-keindahan dan kenikmatan selanjutnya akan menjadi lebih berbahaya apabila timbul kerjasama saling mendukung (berkoalisi) dengan warna hitam dan merah akan menimbulkan keuletan dan keberanian yang luar biasa dalam usahanya mencapai kehendaknya. Keadaan seperti ini cahaya hati manusia akan menjadi gelap karena telah tertutup oleh napsu/pamrih jangka pendek yang bersifat kenikmatan dan keindahan sementara tadi.

Dengan demikian akal budinya juga sangat rendah (hati gelap berpikirpun juga gelap) artinya tidak mampu berpikir panjang tentang akibatnya. Inilah sebagian contoh pentingnya manusia harus mengenal pada diri pribadinya sendiri......BERSAMBUNG

1 komentar:

Terima kasih akan lebih membantu

Posting Komentar