Jumat, 13 Januari 2012

COBA KITA KAJI LEBIH DALAM

01.59  Renaja Kerokhanian Sapta Darma  1 comment

Tidaklah cukup kita hanya percaya dan mengakui keberadaan Allah Hyang Maha Kuasa,

Tidaklah cukup kita hanya melaksanakan sujud dan percaya bahwa Wewarah Tujuh dan Sesanti adalah tuntunan menuju keluhuran.

Tidaklah cukup setelah kita memahami semua itu, kemudian hanya duduk bersila dan bertekun dalam Sujud hanya dengan “memuliakan diri sendiri”, tanpa melakukan darma ….?

Dan tidaklah cukup kita membangun Sanggar Agung yang begitu besar dan megah, namun jiwa-jiwa didalamnya merasa kering dan gersang.

Ajaran Sujud, Wewarah Tujuh, Simbol Pribadi Manusia dan Sesanti tidak mengajarkan kita menjadi manusia yang hanya “memuliakan diri sendiri“, tanpa berbuat sesuatu untuk sesamanya.
Keempat rangkaian Wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada kita merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Wahyu tersebut mengajarkan kita mengenal siapa Tuhan Sang Pencipta? Mengajarkan kita untuk mengenal diri pribadi kita, dan mengajarkan kita untuk selalu mengendalikan semua napsu angkara yang ada dalam diri kita. Sedangkan Wewarah Tujuh nomor 2-7 mengajarkan kita untuk melaksanakan darma dengan membangun sosialisasi yang baik berdasarkan keluhuran dan cinta kasih terhadap sesama ciptaan Tuhan.

Pemahaman sebuah ajaran keluhuran tidak akan berarti apa apa tanpa sebuah aplikasi darma.
Pemahaman sebuah ajaran keluhuran tidak dilihat seberapa tinggi tingkat sujud seseorang, tetapi dilihat dari sikap dan perilakunya yang luhur terhadap sesamanya.

Sikap dan perilaku yang luhur, tentunya harus dimulai dari hati dan pikiran yang bersih (positif thinking), karena membangun sanggar pribadi bukan hanya apa yang tampak dari luar (terlihat oleh mata), tetapi ada sesuatu yang lebih halus lagi (tidak tampak mata) yang merupakan sumber dari perbuatan, yaitu menjaga hati dan pikiran.

Mawas diri/intropeksi terhadap kesalahan yang dihasilkan oleh hati dan pikiran yang tidak baik ternyata lebih sulit daripada menyadari kesalahan yang dihasilkan oleh perbuatan, karena hati dan pikiran kita yang tahu hanyalah diri sendiri dan Allah.

Dengan menjaga hati dan pikiran yang bersih maka akan tercipta perbuatan yang luhur. Perbuatan dan sikap yang luhur adalah aplikasi darma, sedangkan darma adalah aplikasi dan implementasi dari sujud dan pemahaman ajaran.

1 komentar:

uraian anda sangat baik tp mengapa sampai saat ini ada kepengurusan persada yg tdk diakui oleh pusat sedangkan orang tsb sama sama menjalani sujud secara sapta darma sudah puluhan tahun

Posting Komentar